Saturday, July 28, 2012

Daan Jahja Gubernur Militer Jakarta tahun 1949-1950

Letnan Kolonel H. Daan Jahja lahir di Padang Panjang, Sumatera Barat, 5 Januari 1925  meninggal di Jakarta, 20 Juni 1985 pada umur 60 tahun, adalah Gubernur (Militer) Jakarta dan Panglima Divisi Siliwangi. Jebolan Sekolah Tinggi Kedokteran dizaman Jepang (Ika Daigaku). Dikeluarkan karena menolak penggundulan serta berdemo terhadap pemerintah pendudukan militer Jepang di Jakarta. Ia memainkan peranan penting dalam menumpas aksi Kapten Westerling yang mau merebut kekuasaan negara karena tidak menerima penyerahan kedaulatan Indonesia oleh Belanda tanggal 27 Desember 1949. Daan Jahja lahir dari pasangan Jahja Datoek Kajo dan Sjahrizan Jahja, asal Koto Gadang, Agam, Sumatera Barat. Ayahnya merupakan anggota Volksraad yang cukup vokal, dan orang yang pertama kali berpidato menggunakan bahasa Indonesia dalam sidang Volksraad. Daan merupakan anak yang tertua dari sembilan bersaudara. Daan Jahja aktif terlibat pada masa-masa revolusi Indonesia. Dia bergabung dengan kelompok Prapatan 10, satu dari dua kelompok pemuda yang paling menonjol pada masa kemerdekaan Indonesia. Kelompok Prapatan 10 yang bermarkas di Jl. Prapatan 10, Jakarta merupakan pengikut Sutan Sjahrir. Sedangkan kelompok lainnya, yakni Menteng 31 menjadi pengikut Tan Malaka. Daan Jahja menjadi salah seorang pemimpin dalam kelompok Parapatan 10 ini. Pada peristiwa Rengasdengklok, Daan dan kelompok Prapatan 10 maupun Menteng 31 bertugas untuk membawa Soekarno-Mohammad Hatta ke Rengasdengklok. Kedua kelompok ini menuntut agar Soekarno-Hatta cepat-cepat memproklamirkan kemerdekaan Indonesia. Beliau juga terlibat aktif pada saat rapat raksasa 19 September 1945 di Lapangan Ikada, Jakarta. Pada masa Agresi Militer Belanda II, beliau ditempatkan di wilayah Sumatera. Kepada menteri pertahanan Mohammad Hatta, ia menyampaikan memorandum agar pemerintah menyiapkan pangkalan cadangan di tempat yang lebih luas yang memungkinkan pemerintah bergerak lebih leluasa untuk perang gerilya. Tempat yang disarankannya adalah Bukittinggi, Sumatera Barat, mengingat ruang gerak di pulau Jawa yang semakin sempit. Saat menjabat gubernur militer Jakarta, Daan Jahja berhasil menyelesaikan masalah administratif pemerintahan Jakarta yang sebelumnya diatur oleh Belanda. Letnan Kolonel H. Daan Jahja wafat pada tanggal 20 Juni 1985 tepat pada saat Idul Fitri 1405. Beliau wafat sepulang dari mesjid Sunda Kelapa, Jakarta setelah melaksanakan salat Ied

Thursday, July 26, 2012

Garuda Pancasila di gedung Parlemen RIS


Lambang negara Indonesia adalah Garuda Pancasila dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika. Lambang negara Indonesia berbentuk burung Garuda yang kepalanya menoleh ke sebelah kanan (dari sudut pandang Garuda), dilengkapi perisai berbentuk menyerupai jantung yang digantung dengan rantai pada leher Garuda, dan semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang berarti “Berbeda-beda tetapi tetap satu” ditulis di atas pita yang dicengkeram oleh Garuda. Lambang ini dirancang oleh Sultan Hamid II dari Pontianak, yang kemudian disempurnakan oleh Presiden Soekarno, dan diresmikan pemakaiannya sebagai lambang negara pertama kali pada Sidang Parlemen Republik Indonesia Serikat tanggal 11 Februari 1950. Lambang negara Garuda Pancasila diatur penggunaannya dalam Peraturan Pemerintah No. 43/1958. Garuda Pancasila yang diresmikan penggunaannya pada 11 Februari 1950 tersebut, masih tanpa jambul dan posisi cakar di belakang pita. Seperti tampak pada foto atas, adalah gedung Parlemen RIS yang sebelumnya bernama Gedung Concordia terletak disebelah Gedung Kementerian Keuangan Lapangan Banteng Jakarta. Gedung ini sudah lama dibongkar. Foto bawah Sidang .Parlemen RIS dimana Presiden RIS Soekarno sedang membacakan pidatonya. 

Monday, July 23, 2012

Republik Indonesia Menjelang Agresi Militer Belanda Pertama


Tanggal 24 Juni 1947, Sjahrir berangkat ke Yogya untuk memberi penjelasan tentang kemajuan perundingan Indonesia-Belanda. Setibanya di Yogya, kedaan politik sudah sangat keruh disana. Hampir semua kelompok politik menentang keras kebijakan Perdana Menteri Sjahrir selaku pimpinan pemerintahan yang berunding dengan Belanda. Abdul Madjid teman separtai yang diutusnya lebih dahulu, ternyata telah bertindak melawannya dan memberikan keterangan yang negatif kepada pihak lain. Partai besar PNI, Masyumi bahkan sayap kiri sendiri yang merupakan partai Sjahrir bersama Pesindo menentangnya dengan keras. Orang yang menjadi kawan seperjuangan sejak lama, yaitu Amir Sjarifudin ikut tidak setuju pada tindakannya. Sjahrir tidak dapat berbuat lain. Sesuai dengan asas dan sopan santun demokrasi yang berlaku, tanggal 27 Juni 1947 Perdana menteri Sjahrir meletakkan jabatan dan mengembalikan mandatnya kepada Presiden Soekarno. Dengan berakhirnya kabinet Sjahrir ketiga, kepala pemerintahan dipegang langsung Soekarno sebelum dapat dipilihnya formatir untuk membentuk kabinet yang baru. Tanggal 2 Juli 1947 Soekarno menunjuk Amir Sjarifudin, dr AK Gani dan Setiadjid Soegondo bertindak sebagai formatir dalam membentuk kabinet Republik Indonesia yang baru. Kabinet kelima R.I dilantik pada tanggal 3 Juli 1947, dipimpin oleh Amir Sjarifudin sebagai Perdana Menteri. Kabinet ini dinamakan kabinet Amir Sjarifudin pertama. Mereka tidak membuat kebijakan baru dan menjalankan kebijakan yang lama termasuk melanjutkan perundingan dengan Belanda. Dasar perundingan Indonesia-Belanda selanjutnya tetap yaitu persetujuan Linggarjati. Tapi situasi nasional sudah demikian buruknya sehingga ditambah kemunduran Sjahrir, Belanda menjadi ragu-ragu melakukan perundingan yang serius, dan siap untuk berperang. Walaupun campur tangan Amerika telah diupayakan untuk mencegah meluasnya konflik politik menjadi menjadi konflik militer, tgl 21 Juli 1947 Belanda melakukan aksi polisionil pertamanya yang di Indonesia dikenal sebagai “Agresi Militer Belanda yang Pertama”. Demikianlah meskipun pihak Belanda mengatakan saat melaksanakan agresinya bahwa Persetujuan Linggarjati masih berlaku, namun persetujuan Linggarjati yang mana ? Sejak muncul istilah Linggarjati yang disandangi, maka timbul pendapat bahwa sesungguhnya ada dua linggarjati. Pertama Linggarjati yang disetujui dan diparaf bersama oleh delegasi Indonesia dan Belanda pada tanggal 15 November 1946 dan Linggarjati yang diberi interpretasi sendiri oleh Belanda dan ditambah keterangan pidato Menteri Seberang Lautan Jonkman dimuka parlemennya pada tanggal 10 dan 19 Desember 1946. Naskah ini dikenal sebagai “Aankleden Linggarjati” atau Linggarjati yang disandangi itu.

Sumber: Buku: Terobosan Sukarno dalam perundingan Linggarjati

Wednesday, July 11, 2012

Joko Wi dari Solo


Ir. Joko Widodo (lahir di Surakarta21 Juni 1961; umur 51 tahun), lebih dikenal dengan nama julukan Jokowi, adalah wali kota Kota Surakarta (Solo) untuk dua kali masa bakti2005-2015. Wakil wali kotanya adalah F.X. Hadi Rudyatmo. Ia dicalonkan oleh PDI-PJokowi meraih gelar insinyur dari Fakultas Kehutanan UGM pada tahun
1985. Ketika mencalonkan diri sebagai wali kota, banyak yang meragukan kemampuan pria yang berprofesi sebagai pedagang mebel rumah dan taman ini; bahkan hingga saat ia terpilih. Namun setahun setelah ia memimpin, banyak gebrakan progresif dilakukan olehnya. Ia banyak mengambil contoh pengembangan kota-kota di Eropa yang sering ia kunjungi dalam rangka perjalanan bisnisnya. Di bawah kepemimpinannya, Solo mengalami perubahan yang pesat. Branding untuk kota Solo dilakukan dengan menyetujui slogan Kota Solo yaitu "Solo: The Spirit of Java". Langkah yang dilakukannya cukup progresif untuk ukuran kota-kota di Jawa: ia mampu merelokasi pedagang barang bekas di Taman Banjarsari hampir tanpa gejolak untuk merevitalisasi fungsi lahan hijau terbuka, memberi syarat pada investor untuk mau memikirkan kepentingan publik, melakukan komunikasi langsung rutin dan terbuka (disiarkan oleh televisi lokal) dengan masyarakat. Taman Balekambang, yang terlantar semenjak ditinggalkan oleh pengelolanya, dijadikannya taman. Jokowi juga tak segan menampik  nvestor yang tidak setuju dengan prinsip kepemimpinannya. Sebagai tindak lanjut branding ia mengajukan Surakarta untuk menjadi anggota Organisasi Kota-kota Warisan Dunia dan diterima pada tahun 2006. Langkahnya berlanjut dengan keberhasilan Surakarta menjadi tuan rumah Konferensi organisasi tersebut pada bulan Oktober 2008 ini. Pada tahun 2007 Surakarta juga telah menjadi tuan rumah Festival Musik Dunia (FMD) yang diadakan di kompleks Benteng Vastenburg yang terancam digusur untuk dijadikan pusat bisnis dan perbelanjaan. FMD pada tahun 2008 diselenggarakan di komplek Istana Mangkunegaran. Dari tanggal 2 - 6 Juli 2012, kota Solo adalah tuan rumah penyelenggaraan Konferensi sejarah Internasional yang ke 22 kali dari  IAHA (International Association of Historians of Asia) dan Konferensi ke 4 kali HOMSEA (History of Medicine South East Asia).  Oleh Majalah Tempo, Joko Widodo terpilih menjadi salah satu dari "10 Tokoh 2008".Joko Widodo mencalonkan diri sebagai Gubernur DKI Jakarta pada Pilgub tahun 2012 dengan Basuki Tjahaja Purnama, mantan bupati Kabupaten Belitung Timur
Kalau Jokowi bisa jadi Gubernur DKI Jaya mudah-mudahan DKI bisa berubah menjadi baik disemua bidang yang kita risaukan itu...
Sumber tulisan: sebagian dari Wikipedia

Sunday, July 08, 2012

Gedung Sjahrir Dibongkar Kedutaan Besar AS ?

Ternyata berita sejarah pada beberapa media cetak belakangan ini, bahwa 'gedung Sjahrir mau dibongkar" tidak tepat. Yang benar adalah gedung tua yang ada dikompleks Kedutaan Besar Amerika di jalan Merdeka Selatan itu bernama " Gedung Delegasi Indonesia". Yaitu gedung yang dipakai delegasi Indonesia dalam rangka perundingan Indonesia Belanda tahun 1949, Konferensi Meja Bundar (KMB). Peringatan Hari Proklamasi RI ke IV (17 Agustus 1949) secara sederhana pernah diadakan pula di Gedung Delegasi RI di jalan Merdeka Selatan Jakarta ini. Kini gedung ini banyak digunjingkan orang karena mau di bongkar. Rupanya pemiliknya, Kedutaan Besar Amerika Serikat telah memperoleh izin DKI . Maka akan hilang lagilah sebuah situs sejarah kemerdekaan Republik Indonesia. Foto kiri saat Mr Susanto Tirtoprodjo berpidato pada hari penting ini di gedung tersebut. Dan foto kanan rakyat Jakarta berbondong-bondong datang ke gedung Delegasi Indonesia. Tampak pintu kereta api masuk jalan Merdeka Selatan yang kini juga sudah tiada karena menuju stasiun gambir kereta disel dan listrik jalan diatas. 

Friday, July 06, 2012

Mahasiswa FKUI Diharapkan Jadi Penerus Willem Bosch



Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) bisa dibilang merupakan ibu dari pendidikan kedokteran di Tanah Air. Karena itu, pihak kampus merasa bertanggung jawab untuk mendirikan semacam museum yang menjadi pusat sejarah pendidikan kedokteran Indonesia. Di museum itu akan dipajang lukisan Dr Willem Bosch, tokoh perintis pendidikan kedokteran di Indonesia. "Kalau ingin maju, kita harus menengok sejarah. Dari sejarah itu kita bisa belajar mengevaluasi hal-hal yang kurang," ujar Dekan FKUI Ratna Sitompul saat penyerahan apresiasi dan peluncuran buku 'FKUI Historical Photo Collections, Proceeding: 90 years of FKUI (Salemba 6) dan RSCM (Diponegoro 71)' di Salemba, Jakarta, Jumat (29/6). Menurut Ratna, FKUI sejak 2010 sudah berencana membangun museum kedokteran dan pusat riset untuk mahasiswa kedokteran di seluruh Indonesia bertempat di Salemba. "Waktu kami melakukan renovasi gedung lama, kami menemukan berbagai prasasti penting yang tadinya sempat hilang. Semua harus punya tempat di museum nanti," imbuhnya. Sejarah berdirinya FKUI berawal dari niat baik Dr Willem Bosch, Kepala Dinas Lawatan Kesehatan Hindia Belanda, yang mendirikan Sekolah Dokter Djawa pada 1853. Perjalanan itu berlanjut hingga Dokter Djawa menjadi STOVIA dan akhirnya menjadi FKUI. "Sekolah Dokter Djawa inilah cikal bakal STOVIA. STOVIA sendiri merupakan cikal bakal FKUI yang ada sekarang ini," ujar Guru Besar UI Prof dr Somadikarta. Somadikarta menjelaskan Dr Willem Bosch mendirikan Dokter Djawa lantaran munculnya wabah penyakit cacar di berbagai daerah di Hindia Belanda saat itu. Karena tenaga kesehatan masih sangat sedikit, Willem berpikir untuk mendidik orang pribumi selama tiga tahun untuk menjadi tenaga ahli praktek pelayanan kesehatan. Lulusan Dokter Djawa, kisah dia, kemudian dipekerjakan sebagai dokter pembantu yang bertugas utama memberikan pengobatan dan vaksinasi cacar. Pada 1875, lama pendidikan di Dokter Djawa ditingkatkan menjadi tujuh tahun dan pada 1902 Sekolah Dokter Djawa diganti menjadi STOVIA dengan lama pendidikan sembilan tahun. Lalu pada 1919 dibangunlah sebuah rumah sakit bagi siswa STOVIA di Salemba bernama Centraal Bugerlijk Ziekenhuis/CBZ). Kemudian pada 1920, Gedung Pendidikan Kedokteran di Salemba 6 mulai difungsikan dan seluruh saran pendidikan dari CBZ dipindahkan ke tempat tersebut hingga saat ini. Sebagai perintis FKUI, STOVIA saat itu cukup memberi kontribusi di wilayah Asia melalui jurnal dan publikasi ilmiah. Dr Willem dan Dr Ciptomangunkusumo merupakan tokoh-tokoh yang sangat diapresiasi negara-negara di Asia. Ratna menuturkan, Willem dikenal sebagai orang berjiwa social tinggi. Di zamannya, ia memperjuangkan layanan kesehatan untuk kaum yang terpinggirkan. Semangat itu ia pandang perlu dicontoh dan ditularkan pada mahasiswa kedokteran kini. "Kami mendidik anak-anak kami agar nantinya mau mengabdi untuk masyarakat di pedalaman. Minimal satu sampai dua tahun," ucap Ratna. Kini, menurut Ratna, tercatat 20% lulusan FKUI mengabdi di daerah terpencil selama satu sampai dua tahun. FKUI pun memberikan syarat akademis berupa pengalaman minimal setahun di daerah terpencil untuk meneruskan pendidikan ke jenjang spesialis. Ratna berharap, dengan lebih mengetahui sejarah kedokteran, mahasiswa kedokteran dapat mengambil contoh yang baik.
Sumber: http://www.mediaindonesia.com/read/2012/06/29/329826/0/14/Mahasiswa-FKUI-Diharapkan-Jadi-Penerus-Willem-Bosch Penulis : Maggie Mahardika Jumat, 29 Juni 2012 22:05 WIB