Pada
tanggal 29 September 1955 di seluruh Indonesia berlangsung pemilihan umum
pertama setelah Proklamasi. Bung Karno berada diantara rakyat ikut memberikan
suaranya. Tapi dari foto ini kok aneh disebelah kanannya agak kebelakang ada
orang yang mirip Jokowi. Tentu saja bukan dia karena Jokowi saat itu belum
lahir (Jokowi lahir tanggal 21 Juni 1961)....Kalau demikian siapa dia ? Ini
ngalamat kalau Jokowi bakal jadi Presiden rupanya.....lha wujudnya saja sudah
muncul bersama Bung Karno 58 tahun yang lalu ? Napaknya disini juga ada dialog.
Petugas berbaju hitam (mungkin pertugas KPU) bilang pada lelaki didepan Bung
Karno: "Maaf Mas tolong beri jalan pada Presiden kita". Pemuda itu
kurang senang dan bersungut. Lalu Bung Karno berkata: "Engga usah biarkan,
saya juga rakyat Indonesia kok, harus ikut aturian ngantri mencoblos bersama
rakyat"....Bung Karno lalu tersenyum
Wednesday, August 21, 2013
Monday, August 05, 2013
AKHIRNYA INDONESIAPUN MERDEKA
Wednesday, July 31, 2013
Umi Yukaba (Kalau saya pergi memenuhi panggilan tugas)
Idul Fitri tahun 1945 jatuh tanggal 7 September 1945
Penetapan 1
Ramadhan 1364 H atau tahun 1945 bertepatan pada tanggal 9 Agustus 1945.
Benarkah Hari Raya Idul Fitrinya jatuh pada tanggal 9 September 1945 ? Ada yang
masih ingat ? Clip video tentang itu dimana tercantum awalnya Idul Fitri 9
September 1945. Ternyata film lama tentang hari Raya Idul Fitri tanggalnya
salah. Mestinya Idul Fitri tahun 1945 ini jatuh pada tanggal 7 September 1945. Setelah Proklamasi 17 Agustus 1945 dan berakhirnya bulan puasa yang diikuti Hari Raya Idul Fitri 1364 H itu, Jakarta aman. Namun sudah tampak coretan-coretan Revolusi...
Tuesday, July 23, 2013
Volksraad parlemen zaman HIndia Belanda
Volksraad yang diambil dari bahasa Belanda dan secara
harafiah berarti "Dewan Rakyat", adalah semacam dewan perwakilan
rakyat Hindia-Belanda. Dewan ini dibentuk pada tanggal 16 Desember 1916 oleh
pemerintahan Hindia-Belanda yang diprakarsai oleh Gubernur-Jendral J.P. van
Limburg Stirum bersama dengan Menteri Urusan Koloni Belanda; Thomas Bastiaan
Pleyte. Pada awal berdirinya,
Dewan ini memiliki 38 anggota, 15 di antaranya adalah orang pribumi. Anggota
lainnya adalah orang Belanda (Eropa) dan orang timur asing: Tionghoa, Arab dan
India. Pada akhir tahun 1920-an mayoritas anggotanya adalah kaum pribumi. Awalnya,
lembaga ini hanya memiliki kewenangan sebagai penasehat. Baru pada tahun 1927,
Volksraad memiliki kewenangan ko-legislatif bersama Gubernur-Jendral yang
ditunjuk oleh Belanda. Karena Gubernur-Jendral memiliki hak veto, kewenangan
Volksraad sangat terbatas. Selain itu, mekanisme keanggotaan Volksraad dipilih
melalui pemilihan tidak langsung. Pada tahun 1939, hanya 2.000 orang memiliki
hak pilih. Dari 2.000 orang ini, sebagian besar adalah orang Belanda dan orang
Eropa lainnya. Selama periode 1927-1941, Volksraad hanya pernah membuat enam
undang-undang, dan dari jumlah ini, hanya tiga yang diterima oleh pemerintahan
Hindia Belanda. Sebuah petisi Volksraad yang ternama adalah Petisi Soetardjo.
Soetardjo adalah anggota Volksraad yang mengusulkan kemerdekaan Indonesia. Dominasi
kolonial pada masa itu hampir mencakup semua aspek, sampai pada forum-forum
resmi harus menggunakan Bahasa Belanda, padahal sejak Kongres Pemuda II (1928)
bahasa Indonesia disepakati sebagai bahasa persatuan yang menjadi salah satu
alat perjuangan kalangan pro-kemerdekaan. Untuk itulah Mohammad Hoesni Thamrin
mengecam pedas tindakan-tindakan yang dianggap mengecilkan arti bahasa
Indonesia. Penggunaan bahasa Indonesia dalam sidang-sidang Volksraad
diperbolehkan sejak Juli 1938. Video, saat pembukaan Volksraad pada tahun 1938. Tampak Gubernur Jenderal Tjarda van Starkenborg membukanya. Sumber tulisan : Wikipedia
Thursday, June 27, 2013
Mengenang Prof Dr Abdulrachman Saleh
Abdulrahman Saleh, Prof. dr. Sp.F, Marsekal Muda
Anumerta, lahir di Jakarta, 1 Juli 1909 – meninggal di Maguwoharjo, Sleman, 29
Juli 1947 pada umur 38 tahun. Beliau
sering dikenal dengan nama julukan "Karbol" adalah seorang pahlawan
nasional Indonesia, tokoh Radio Republik Indonesia (RRI) dan bapak fisiologi
kedokteran Indonesia. Abdulrachman Saleh dilahirkan pada tanggal 1 Juli 1909 di
Jakarta. Pada masa mudanya, ia bersekolah di HIS (Sekolah rakyat
berbahasa Belanda atau Hollandsch Inlandsche School) kemudian MULO (Meer
Uitgebreid Lager Onderwijs) atau kini setingkat SLTP, lulus AMS (Algemene
Middelbare School) kini stingkat SMU, dan kemudian diteruskannya ke STOVIA
(School Tot Opleiding van Inlandsche Artsen). Karena pada saat itu STOVIA
dibubarkan sebelum ia menyelesaikan studinya di sana, maka ia meneruskan
studinya di GHS (Geneeskundige Hoge School), semacam sekolah tinggi dalam
bidang kesehatan atau kedokteran. Ayahnya, Mohammad Saleh, tak pernah
memaksakannya untuk menjadi dokter, karena saat itu hanya ada STOVIA saja.
Ketika ia masih menjadi mahasiswa, ia sempat giat berpartisipasi dalam berbagai
organisasi seperti Jong Java, Indonesia Muda, dan KBI atau Kepanduan Bangsa
Indonesia. Setelah ia memperoleh ijazah dokter, ia mendalami
pengetahuan ilmu faal. Setelah itu ia mengembangkan ilmu faal ini di Indonesia.
Oleh karena itu, Universitas
Indonesia pada 5 Desember 1958 menetapkan Abdulrachman Saleh sebagai Bapak Ilmu
Faal Indonesia. Ia juga aktif dalam perkumpulan olah raga terbang dan
berhasil memperoleh ijazah atau surat izin terbang. Selain itu, ia juga
memimpin perkumpulan VORO (Vereniging voor Oosterse Radio Omroep), sebuah
perkumpulan dalam bidang radio. Maka sesudah kemerdekaan diproklamasikan, ia
menyiapkan sebuah pemancar yang dinamakan Siaran Radio Indonesia Merdeka.
Melalui pemancar tersebut, berita-berita mengenai Indonesia terutama tentang
proklamasi Indonesia dapat disiarkan hingga ke luar negeri. Ia juga berperan
dalam mendirikan Radio Republik Indonesia yang berdiri pada tanggal 11
September 1945. Setelah menyelesaikan tugasnya itu, ia berpindah ke bidang
militer dan memasuki dinas Angkatan Udara Ia diangkat menjadi Komandan
Pangkalan Udara Madiun pada 1946. Ia turut mendirikan Sekolah Teknik Udara dan
Sekolah Radio Udara di Malang. Sebagai Angakatan Udara, ia tidak melupakan
profesinya sebagai dokter, ia tetap memberikan kuliah pada Perguruan Tinggi
Dokter di Klaten, Jawa Tengah. Pada saat Belanda mengadakan agresi pertamanya,
Adisutjipto dan Abdulrachman Saleh diperintahkan ke India. Dalam perjalanan
pulang mereka mampir di Singapura untuk mengambil bantuan obat-obatan dari
Palang Merah Malaya. Keberangkatan dengan pesawat Dakota ini, mendapat
publikasi luas dari media massa dalam dan luar negeri. Tanggal 29 Juli 1947,
ketika pesawat berencana kembali ke Yogyakarta melalui Singapura, harian
Malayan Times memberitakan bahwa penerbangan Dakota VT-CLA sudah mengantongi
izin pemerintah Inggris dan Belanda. Sore harinya, Suryadarma, rekannya baru
saja tiba dengan mobil jip-nya di Maguwo. Namun, pesawat yang ditumpanginya
ditembak oleh dua pesawat P-40 Kitty-Hawk Belanda dari arah utara. Pesawat
kehilangan keseimbangan dan menyambar sebatang pohon hingga badannya patah
menjadi dua bagian dan akhirnya terbakar. Peristiwa heroik ini, diperingati TNI
AU sebagai hari Bakti TNI AU sejak tahun 1962 dan sejak 17 Agustus 1952, Maguwo
diganti menjadi Lanud Adisutjipto. Abulrachman Saleh dimakamkan di Yogyakarta dan ia
diangkat menjadi seorang Pahlawan Nasional berdasarkan Surat Keputusan Presiden
Republik Indonesia No.071/TK/Tahun 1974, tanggal 9 Nopember 1974. Pada tanggal
14 Juli 2000, atas prakarsa TNI-AU, makam Abdulrahman Saleh, Adisucipto, dan
para istri mereka dipindahkan dari pemakaman Kuncen ke Kompleks Monumen
Perjuangan TNI AU Dusun Ngoto, Desa Tamanan, Banguntapan, Bantul, DI
Yogyakarta. Nama Ia diabadikan sebagai nama Pangkalan TNI-AU dan
Bandar Udara di Malang. Selain
itu, piala bergilir yang diperebutkan dalam Kompetisi Kedokteran dan Biologi
Umum (Medical and General Biology Competition) disebut Piala Bergilir
Abdulrahman Saleh. Mengharapkan semua lulusan Akademi Angkatan Udara dapat
mencontoh keteladanan dan mampu mencapai kualitas seorang perwira seperti
Abdulrachman Saleh, para taruna AAU dipanggil dengan nama Karbol. Hal
ini pertama kali diusulkan oleh Letkol Saleh Basarah setelah beliau mengunjungi
United States Air Force Academy di Colorado Springs, Amerika Serikat. Para
kadet di sana dipanggil dengan nama Dollies, nama kecil dari Jenderal USAF
James H Doollitle, seorang penerbang andal yang serba bisa. Ia penerbang tempur
Amerika Serikat yang banyak jasanya pada Perang Dunia I. Untuk menghormati
Prof.Dr Abdulrachman Saleh atas jasanya pada
almamaternya Salemba 6 Jakarta, tahun 2006 diresmikan oleh Wapres Jusuf Kala
patung beliau dimuka FKUI Jakarta. Kini patung itu berdiri dengan megah. Sumber
tulisan Wikipedia. Foto, Marsekal Muda Profesor Dr Abdulrachman Saleh dimuka
pesawat kesayangannya di lapangan
terbang Maguwo Yogyakarta.
Thursday, June 20, 2013
Haul Bung Karno di Blitar
Menjelang hari Haul Bung Karno 21 Juni 2013, kota Blitar semarak. Bertempat di Makam Bung Karno, di bagian mukanya ada Perpustakaan dan Galery. Ini untuk pertama kali saya saksikan. Dulu saya pernah kemari pada tahun 1977, cungkup kalau tidak salah baru jadi. Di Perpustakaan dan Galery saat ini ada pameran foto Bung Karno lengkap dicampur dengan lukisan dan poster. Sayangnya pameran foto, masih kurang bagus susunannya dan kurang lengkap. Tapi sudah cukup pantas ditonton. Kami datang dari Jakarta sebagai rombongan konservasi kota tua Jakarta. Kami membawa film tentang Soekarno 1948-1949. Sebuah penayangan saat Soekarno-Hatta ditangkap saat agresi militer Belanda II sampai Soekarno selaku Presiden RIS kembali ke Jakarta. Sambutan penonton baik dan antosias.....
Bung Karno, Putra Sang Fajar Wafat
Sunday, June 09, 2013
Taufik Kiemas telah tiada
Saya mengenal Taufik kira-kira pada tahun 1968-1969. Saat kami mahasiswa, saya di Fakultas Kedokteran dan Taufik di Fakultas Hukum UI. Zaman suasana politik lahirnya Orde Baru telah lewat, tapi asap dan baunya TRITURA masih kentara sekali. Meskipun demikian Taufik sebagai anggota aktifis organisasi Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) tidak punya urusan secara emosional dengan sosok UI (terutama FKUI) yang terkenal sebagai kampus tempat lahirnya Orde Baru. Memang Angkatan 66 apalagi yang namanya Resimen Arief Rachman Hakim pernah bermarkas di Salemba 6 itu. Bersama teman dekatnya Guritno Harimurti, Taufik sering datang ke gedung FKUI sehingga kami sering tukar pikiran dan bisa juga menyinggung soal politik dalam negeri. Tidak ada yang istimewa atau berlebihan, kami tetap bersahabat. Anehnya pada saat itu mahasiswa kedokteran sedang mencari dana untuk penerbitan perdananya sebuah koran mahasiswa kedokteran namanya "Media Aesculapius". Kami mencari kesana kemari tidak juga ada yang menyumbang. Tidak tahu bagaimana Taufik bisa mengusahakan dana sebesar Rp 60.000,- (enam puluh ribu rupiah) yang rupanya dari sumber golongan Marhaenis ? Ditambah dari beberapa sumber sumbangan lainnya yang lebih kecil, maka Media Aesculapius bisa diterbitkan. Tempat percetakannya juga ada kaitannya dengan golongan Marhaenis yaitu percetakan Sulindo (Suluh Indonesia) dengan tehnik mencetak tergolong modern yaitu sistim "Hot Printing" dengan beaya sekali cetak untuk 1000 eksemplar sebesar Rp 15.000,- (lima belas ribu rupiah). Media Aesculapius yaitu media (koran) profesi kedokteran sebenarnya sudah muncul pada waktu sebelumnya sebagai majalah yang di cetak secara roneo. Namun dalam bentuk profesional sebagai koran ukuran tabloid baru yang terbit pada akhir tahun 60-an itu atau awal 70-an. Untuk itu mestinya mahasiswa kedokteran UI tahu sejarahnya dan berterima kasih pada Taufik Kiemas. Saudara Zulasmi sebagai pimpinan redaksi, Fahmi Abdulah Alatas sebagai pimpinan utamanya ditambah Rohsiswato sebagai perancang layout, Roby Surjana memimpin bagian iklan, koran mahasiswa kedokteran itu terbit setiap 3 bulanan dan langgeng sampai sekarang. Taufik telah tiada, kami ikut bersedih.....selamat jalan sahabat. Semoga kau diterima disisiNya dengan baik sesuai dengan amal ibadah mu. Foto saat Taufik sering datang ke FKUI sebelum beliau aktif dalam tugas negara....
Monday, April 22, 2013
Panitia urusan sipil Indonesia-Belanda di Palembang
Perwira TRI yang dimaksud adalah Let.Kol Daan Jahja. Awalnya dirinya adalah mahasiswa Kedokteran Ika Daigaku yang dikeluarkan karena melalwan instruksi penggundulan oleh Jepang. Atas usul dari H.Agus Salim diterima dalam pendidikan Tentara Sukarela Pembela Tanah Air. Selanjutnya berkarir di tentara Keamanan Rakyat (TKR), Tentara Republik Indonesia (TRI) terakhir di TNI. Sempat menjadi Gubernur Militer Jakarta dengan pangkat Let.Kol....ucu juga ya Dr M.Jamil dan Mr Amir Sjarifoedin berpakaian ala pasukan gerilya. Sementara Let.Kol Daan Jahja berpakaian sipil seperti PNS....Namanya juga zaman Revolusi...
Sunday, April 21, 2013
Destrukturisasi sejarah Kartini...kapan ?
Kapan kita melakukan destrukturisasi sejarah Kartini ? Rasanya tidak ada minat kesana ya ? Dalam wujud alam pikir kita, Kartini itu mulia, terhormat, berjasa, membela kaumnya dan perintis kemerdekaan bangsanya yang revolusioner...? Mungkin Kartini kurang senang pada pencitraan itu. Dia lebih senang kalau Belanda dan Indonesia bisa mewujudkancita-citanya yang mungkin yang lebih pasti adalah sebuah konsep emansipasi ? Bukan hanya emansipasi yang dangkal seperti berbicara soal gender tok. Tapi yang lebih luas. Kartini mewakili suku Jawa dalam arti yang sebenar-benarnya. Orang Belanda meghargai kaum priayi Jawa ini...merekalah yang mendapat kesempatan untuk mengatur pemerintahan dalam negeri dalam bayang-bayang payung kolonial yang sudah desentralistik itu. Kala itu pada akhir abad ke 19 kalau mau jujur adalah terjadinya perubahan tatanan sosial yang paling menguntungkan kelompok feodal. Bahasa Belandanya "schakel van" Bergantung pada....ya kekuasaan feodal pribumi itu. Belanda berterima kasih kepada mereka. Kartini tidak mungkin melawan kekuasaan ayahnya maupun suaminya Raden Adipati Joyodiningrat. Justru harus dicari jalan bagaimana menyatukan kepentingan Belanda dan Hindia dalam arti kata sebenar-benarnya. Itulah sebabnya bayang-bayang Abendanon dan Deventer amat melekat pada cerita kisah sang Raden Ajeng dari Jepara ini. Haramkah pemikiran ini bisa terjadi ? Juga tidak karena ini zaman perubahan zaman Politik Etis. Kita tidak bisa membawa semangat Revolusi Kemerdekaan kezaman itu. Itu justru yang haram yang mestinya karena pakemnya beda. Ada yang mau menanggapi ? Mungkin banyak yang tertarik barangkali ? Foto: Pencitraan Sjuman Djaya sosok Kartini dalam filmnya yang diperankan oleh Yeni Rachman dan Bambang Hermanto....Masih jauh bukan ? Kalau saja benar Kartini menderita dan bersedia mengakhiri cita-citanya maka dia lahir terlalu cepat.
Subscribe to:
Posts (Atom)