Setelah perundingan Renville, Amir Sjarifuddin mulai merasionalisasi TNI (Program Re-Ra) dengan memangkas jumlah pasukan. Pada saat itu, tentara reguler terdiri dari 350.000 personel, dan lebih dari 470.00 terdapat di laskar. Dengan adanya program ini, pada tanggal 2 Januari 1948 Presiden Soekarno mengeluarkan Keputusan Presiden No.1 Tahun 1948, yang memecah pucuk pimpinan TNI menjadi Staf Umum Angkatan Perang dan Markas Besar Pertempuran. Staf Umum dimasukkan ke dalam Kementerian Pertahanan di bawah seorang Kepala Staf Angkatan Perang (KASAP). Sementara itu, Markas Besar Pertempuran dipimpin oleh seorang Panglima Besar Angkatan Perang Mobil. Pucuk pimpinan TNI dan Staf Gabungan Angkatan Perang beserta seluruh perwira militer dihapus, dan pangkatnya diturunkan satu tingkat. Presiden kemudian mengangkat Soerjadi Soerjadarma sebagai Kepala Staf Angkatan Perang dengan Kolonel T.B. Simatupang sebagai wakilnya. Sebagai Panglima Besar Angkatan Perang Mobil diangkat Soedirman. Staf Umum Angkatan Perang bertugas sebagai perencana taktik dan siasat serta berkoordinasi dengan Kementerian Pertahanan, sedangkan Staf Markas Besar Angkatan Perang Mobil adalah pelaksana taktis operasional.
Monday, July 29, 2019
Wednesday, July 03, 2019
Ada yang tahu dimana Rumah Sakt Cina di Batavia ? Menurut Alwi Shahab, rumah sakit Cina ini terletak di antara Jalan Tiang Bendera 1 dan Tiang Bendera 5, tidak jauh dari Kali Besar dan Kali Angke, Jakarta Barat. Rumah sakit dibangun oleh masyarakat Cina di Batavia secara gotong royong atas inisiatif Kapiten Cina ke-2, Phoa Beng Gam. Kapiten Phoa seorang tauke kaya raya memiliki tanah perkebunan luas di Tanah Abang Bersamaan dengan itu, Kapiten Phoa diminta Belanda membangun berbagai gedung di Batavia. Dia memerlukan banyak kuli yang direkrut dari luar Batavia bersama keluarganya. Banyak di antara mereka yang terkena penyakit malaria. Sementara warga Tionghoa juga semakin banyak datang dari daratan Cina ke Batavia. Maka Kapiten Phoa merencanakan membangun sebuah rumah sakit umum yang terletak di kawasan yang berdekatan dengan China Town. Rumah sakit Cina ini sangat lengkap bahkan dikatakan lebih baik dari rumah sakit yang dibangun Belanda yang kemudian pada tahun 1820 yang kemudian ditempati oleh De Javasche Bank, bank milik pemerintah Hindia Belanda yang menjadi cikal bakal Bank Indonesia pada 1953. Nasib Rumah Sakit Cina ini kemudian buruk sekali karena dibongkar oleh gemeente (dewan kota) Belanda. Karena sejak didirikan CBZ (Centraal Burgerlijk Ziekenhuis yang diresmikan 1919 (kini Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo), rumah sakit swasta milik Cina itu dibongkar dengan alasan dililit hutang verpoonding yang sudah berjalan puluhan tahun. Dikemudian hari pembongkaran rumah sakit ini dipersoalkan dr Kwa Tjoan Sioe waktu hendak mendirikan rumah sakit Yang Seng Ie di Jalan Mangga Besar. Menurut sejarawan Tionghoa, Prof James Dananjaya, mungkin pemerintah kolonial Belanda tidak mau disaingi dalam hal pembinaan kesehatan rakyat Batavia.Pada peristiwa pembantaian warga Cina pada Oktober 1740, para pasien di rumah sakit ini dibantai oleh VOC termasuk orang tua, wanita, dan anak-anak. Foto. inilah tepi sungai kali (kali Angke atau Krukut ?) dekat Rumah Sakit Cina dimaksud.
Subscribe to:
Posts (Atom)