Tuesday, August 11, 2009
Yang muda yang bergerilya
Para pemuda zaman sekarang sering bertanya, bagaimana pemuda dizaman perjuangan dahulu ? Maka saya memperlihatkan foto-foto koleksi yang saya miliki seperti diatas. Foto ini saya dapat tentu saja dari para pelaku yang kebanyakan sudah tiada. Pada gambar ini adalah pasukan SWK (Sub Wehr Kreise) 106 didaerah Solo. Tampak pakaian dinas militer, peci model prahu (muts) berwarna hitam, senjata ringan sampai berat yang dimiliki dan tentu saja sepatu yang cukup lumayan. Tidak sedikit yang pasang gaya dengan topi baja atau baret. Tapi yang pasti mereka adalah yang muda yang bergerilya dan gembira. Banyak dari mereka yang setelah pengakuan kedaulatan 1949, kemudian kembali ke sekolah atau melanjutkan ke Universitas. Tidak sedikit yang kemudian berhasil meraih titel sarjana.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
1 comment:
Saya sangat kecewa, sedih dan tidak habis pikir dengan sikap Menyerahnya Bung Karno beserta elit-elit politik kepada Pasukan Tentara Belanda, pada waktu Agresi Belanda dengan menyerbu Jogjakarta Desember tahun 48. Apalagi dia sempat ngobrol-ngobrol dengan Komandan Pasukan Para Komando Belanda, sebelum naik keatas Jeep. Bukankah dalam Mitos Pewayangan, Ksatria Pantang Menyerah??
Pada waktu itu saya sedang di Solo bersama orang tua dan tidak dapat kembali ke Jogjakarta. Saya baru berumur 3th. Tapi sampai sekarang masih teringat beberapa peristiwa. Anatara lain pejuang-pejuang kita terutama dari para pelajar. Para Tentara Pelajar ini sewaktu mengatur taktis serangan pada malam hari ke Tangsi Belanda didepan rumah. Mereka berteriak menggunakan Bahasa Belanda karena mereka memang sekolah berbahasa Belanda. Tetapi jiwa mereka 100% Pejuang Kemerdekaan yang pantang meyerah. Malam hari yang senyap dan gelap gulita, kalau terjadi kontak tembak antara Pejuang Kita terhadap Tentara Belanda suaranya jelas sekali dan dapat dibedakan mana tembakan dari fihak Pejuang dan mana yang Tentara Belanda. Kalau suaranya gencar beruntun pasti dari Belanda, sedangkan yang satu persatu dari fihak Pejuang. Maksudnya menghemat peluru atau amonisi.Mengingat itu saya sedih...
Post a Comment