Thursday, June 27, 2013

Mengenang Prof Dr Abdulrachman Saleh

Abdulrahman Saleh, Prof. dr. Sp.F, Marsekal Muda Anumerta, lahir di Jakarta, 1 Juli 1909 – meninggal di Maguwoharjo, Sleman, 29 Juli 1947 pada umur 38 tahun. Beliau sering dikenal dengan nama julukan "Karbol" adalah seorang pahlawan nasional Indonesia, tokoh Radio Republik Indonesia (RRI) dan bapak fisiologi kedokteran Indonesia. Abdulrachman Saleh dilahirkan pada tanggal 1 Juli 1909 di Jakarta. Pada masa mudanya, ia bersekolah di HIS (Sekolah rakyat berbahasa Belanda atau Hollandsch Inlandsche School) kemudian MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs) atau kini setingkat SLTP, lulus AMS (Algemene Middelbare School) kini stingkat SMU, dan kemudian diteruskannya ke STOVIA (School Tot Opleiding van Inlandsche Artsen). Karena pada saat itu STOVIA dibubarkan sebelum ia menyelesaikan studinya di sana, maka ia meneruskan studinya di GHS (Geneeskundige Hoge School), semacam sekolah tinggi dalam bidang kesehatan atau kedokteran. Ayahnya, Mohammad Saleh, tak pernah memaksakannya untuk menjadi dokter, karena saat itu hanya ada STOVIA saja. Ketika ia masih menjadi mahasiswa, ia sempat giat berpartisipasi dalam berbagai organisasi seperti Jong Java, Indonesia Muda, dan KBI atau Kepanduan Bangsa Indonesia. Setelah ia memperoleh ijazah dokter, ia mendalami pengetahuan ilmu faal. Setelah itu ia mengembangkan ilmu faal ini di Indonesia. Oleh karena itu, Universitas Indonesia pada 5 Desember 1958 menetapkan Abdulrachman Saleh sebagai Bapak Ilmu Faal Indonesia. Ia juga aktif dalam perkumpulan olah raga terbang dan berhasil memperoleh ijazah atau surat izin terbang. Selain itu, ia juga memimpin perkumpulan VORO (Vereniging voor Oosterse Radio Omroep), sebuah perkumpulan dalam bidang radio. Maka sesudah kemerdekaan diproklamasikan, ia menyiapkan sebuah pemancar yang dinamakan Siaran Radio Indonesia Merdeka. Melalui pemancar tersebut, berita-berita mengenai Indonesia terutama tentang proklamasi Indonesia dapat disiarkan hingga ke luar negeri. Ia juga berperan dalam mendirikan Radio Republik Indonesia yang berdiri pada tanggal 11 September 1945. Setelah menyelesaikan tugasnya itu, ia berpindah ke bidang militer dan memasuki dinas Angkatan Udara Ia diangkat menjadi Komandan Pangkalan Udara Madiun pada 1946. Ia turut mendirikan Sekolah Teknik Udara dan Sekolah Radio Udara di Malang. Sebagai Angakatan Udara, ia tidak melupakan profesinya sebagai dokter, ia tetap memberikan kuliah pada Perguruan Tinggi Dokter di Klaten, Jawa Tengah. Pada saat Belanda mengadakan agresi pertamanya, Adisutjipto dan Abdulrachman Saleh diperintahkan ke India. Dalam perjalanan pulang mereka mampir di Singapura untuk mengambil bantuan obat-obatan dari Palang Merah Malaya. Keberangkatan dengan pesawat Dakota ini, mendapat publikasi luas dari media massa dalam dan luar negeri. Tanggal 29 Juli 1947, ketika pesawat berencana kembali ke Yogyakarta melalui Singapura, harian Malayan Times memberitakan bahwa penerbangan Dakota VT-CLA sudah mengantongi izin pemerintah Inggris dan Belanda. Sore harinya, Suryadarma, rekannya baru saja tiba dengan mobil jip-nya di Maguwo. Namun, pesawat yang ditumpanginya ditembak oleh dua pesawat P-40 Kitty-Hawk Belanda dari arah utara. Pesawat kehilangan keseimbangan dan menyambar sebatang pohon hingga badannya patah menjadi dua bagian dan akhirnya terbakar. Peristiwa heroik ini, diperingati TNI AU sebagai hari Bakti TNI AU sejak tahun 1962 dan sejak 17 Agustus 1952, Maguwo diganti menjadi Lanud Adisutjipto. Abulrachman Saleh dimakamkan di Yogyakarta dan ia diangkat menjadi seorang Pahlawan Nasional berdasarkan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No.071/TK/Tahun 1974, tanggal 9 Nopember 1974. Pada tanggal 14 Juli 2000, atas prakarsa TNI-AU, makam Abdulrahman Saleh, Adisucipto, dan para istri mereka dipindahkan dari pemakaman Kuncen ke Kompleks Monumen Perjuangan TNI AU Dusun Ngoto, Desa Tamanan, Banguntapan, Bantul, DI Yogyakarta. Nama Ia diabadikan sebagai nama Pangkalan TNI-AU dan Bandar Udara di Malang. Selain itu, piala bergilir yang diperebutkan dalam Kompetisi Kedokteran dan Biologi Umum (Medical and General Biology Competition) disebut Piala Bergilir Abdulrahman Saleh. Mengharapkan semua lulusan Akademi Angkatan Udara dapat mencontoh keteladanan dan mampu mencapai kualitas seorang perwira seperti Abdulrachman Saleh, para taruna AAU dipanggil dengan nama Karbol. Hal ini pertama kali diusulkan oleh Letkol Saleh Basarah setelah beliau mengunjungi United States Air Force Academy di Colorado Springs, Amerika Serikat. Para kadet di sana dipanggil dengan nama Dollies, nama kecil dari Jenderal USAF James H Doollitle, seorang penerbang andal yang serba bisa. Ia penerbang tempur Amerika Serikat yang banyak jasanya pada Perang Dunia I. Untuk menghormati Prof.Dr Abdulrachman Saleh atas  jasanya pada almamaternya Salemba 6 Jakarta, tahun 2006 diresmikan oleh Wapres Jusuf Kala patung beliau dimuka FKUI Jakarta. Kini patung itu berdiri dengan megah. Sumber tulisan Wikipedia. Foto, Marsekal Muda Profesor Dr Abdulrachman Saleh dimuka pesawat kesayangannya  di lapangan terbang Maguwo Yogyakarta. 

Thursday, June 20, 2013

Haul Bung Karno di Blitar

Menjelang hari Haul Bung Karno 21 Juni 2013, kota Blitar semarak. Bertempat di Makam Bung Karno, di bagian mukanya ada Perpustakaan dan Galery. Ini untuk pertama kali saya saksikan. Dulu saya pernah kemari pada tahun 1977, cungkup kalau tidak salah baru jadi. Di Perpustakaan dan Galery saat ini ada pameran foto Bung Karno lengkap dicampur dengan lukisan dan poster. Sayangnya pameran foto, masih kurang bagus susunannya dan kurang lengkap. Tapi sudah cukup pantas ditonton. Kami datang dari Jakarta sebagai rombongan konservasi kota tua Jakarta. Kami membawa film tentang Soekarno 1948-1949. Sebuah penayangan saat Soekarno-Hatta ditangkap saat agresi militer Belanda II sampai Soekarno selaku Presiden RIS kembali ke Jakarta. Sambutan penonton baik dan antosias.....

Bung Karno, Putra Sang Fajar Wafat

Semua bahan ini didapat dari internet...untuk itu diucapkan terima kasih. Pada tanggal 20 Juni 1970 Bung Karno atau Putra Sang Fajar telah tiada. Berarti telah 43 tahun yang lalu telah berlalu. Terasa bagaikan baru kemarin....

Sunday, June 09, 2013

Taufik Kiemas telah tiada

Saya mengenal Taufik kira-kira pada tahun 1968-1969. Saat kami mahasiswa, saya di Fakultas Kedokteran dan Taufik di Fakultas Hukum UI. Zaman suasana politik lahirnya Orde Baru telah lewat, tapi asap dan baunya TRITURA masih kentara sekali. Meskipun demikian Taufik sebagai anggota aktifis organisasi Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) tidak punya urusan secara emosional dengan sosok UI (terutama FKUI) yang terkenal sebagai kampus tempat lahirnya Orde Baru. Memang Angkatan 66 apalagi yang namanya Resimen Arief Rachman Hakim pernah bermarkas di Salemba 6 itu. Bersama teman dekatnya Guritno Harimurti, Taufik sering datang ke gedung FKUI sehingga kami sering tukar pikiran dan bisa juga menyinggung soal politik dalam negeri. Tidak ada yang istimewa atau berlebihan, kami tetap bersahabat. Anehnya pada saat itu mahasiswa kedokteran sedang mencari dana untuk penerbitan perdananya sebuah koran mahasiswa kedokteran namanya "Media Aesculapius". Kami   mencari kesana kemari tidak juga ada yang menyumbang. Tidak tahu bagaimana Taufik bisa mengusahakan dana sebesar Rp 60.000,- (enam puluh ribu rupiah) yang rupanya dari sumber golongan Marhaenis ? Ditambah dari beberapa sumber sumbangan lainnya yang lebih kecil, maka Media Aesculapius bisa diterbitkan. Tempat percetakannya juga ada kaitannya dengan golongan Marhaenis yaitu percetakan Sulindo (Suluh Indonesia) dengan tehnik mencetak tergolong modern yaitu sistim "Hot Printing" dengan beaya sekali cetak untuk 1000 eksemplar sebesar Rp 15.000,- (lima belas ribu rupiah). Media Aesculapius yaitu media (koran) profesi kedokteran sebenarnya sudah muncul pada waktu sebelumnya sebagai majalah yang di cetak secara roneo. Namun dalam bentuk profesional sebagai koran ukuran tabloid baru yang terbit pada akhir tahun 60-an itu atau awal 70-an. Untuk itu mestinya mahasiswa kedokteran UI tahu sejarahnya dan berterima kasih pada Taufik Kiemas. Saudara Zulasmi sebagai pimpinan redaksi, Fahmi Abdulah Alatas sebagai pimpinan utamanya ditambah Rohsiswato sebagai perancang layout, Roby Surjana memimpin bagian iklan, koran mahasiswa kedokteran itu terbit setiap 3 bulanan dan langgeng sampai sekarang. Taufik telah tiada, kami ikut bersedih.....selamat jalan sahabat. Semoga kau diterima disisiNya dengan baik sesuai dengan amal ibadah mu. Foto saat Taufik sering datang ke FKUI sebelum beliau aktif dalam tugas negara....