Wednesday, March 01, 2006

Karbol

"Karbol" adalah nama panggilan populer yang melekat pada Laksamana Madya Udara Profesor dokter Abdurahman Saleh (almarhum). Profesi utamanya adalah dosen pada Geneeskundige Hogeschool dizaman Belanda dan Ika Daigakhu dizaman Jepang (sekarang Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia). Beliau mengajar dibidang ilmu faal (fisiologi). Disamping itu sebagai hobi, sejak mahasiswa beliau menekuni radiotelegrafi. Itulah sebabnya ketika bertemu Jusuf Ronodipura pada tanggal 18 Agustus 1945 yang menceritakan bahwa Hosokyoku (pusat siaran radio pendudukan di Merdeka Barat) ditutup, beliau bertekad membuat radio siaran nasional. Pemancar berkekuatan 100 watt segera dibuat dan dari ruangan laboratorium ilmu faal, sejak tanggal 22 Agustus 1945, berkumandanglah “The voice of Free Indonesia”. Stasiun radio Indonesia Merdeka ini sempat menyiarkan pidato Presiden Soekarno tanggal 25 Agustus 1945 dan pidato wakil Presiden M.Hatta pada tanggal 29 Agustus 1945.
Peran sebagai orang radio ini, membawa Abdurachman Saleh sebagai ketua organisasi Radio Republik Indonesia. Ketika stasiun sudah pindah ke Merdeka Barat kembali, organisasi sudah meliputi 10 stasiun yaitu Jakarta (pusat), Bandung, Yogyakarta, Semarang, Surakarta, Purwokerto, Surabaya, Madiun, Kediri, dan Magelang. Dalam pertemuan 10 September 1945, di kediaman Adang Kadarusman di Menteng Jakarta, dimana rapat dipimpin oleh Abdulrachman Saleh, telah diambil beberapa keputusan yang mendasar antara lain, 11 September 1945 ditetapkan sebagai Hari berdirinya Radio Republik Indonesia. Tri Prasetya RRI, yaitu sumpah Pegawai RRI kepada Republik Indonesi dan menjaga RRI sebagai alat perjuangan bangsa. Kemudian organisi semua radio tunduk kepada komando pusat (diketuai Dr. Abdul Rachman Saleh).
Beliau juga dikenal sebagai atlit nasional dibidang atletik dan olahraga terbang. Tidaklah heran kiranya, ketika menjelang Perang Dunia Ke-II, beliau dengan mudah dapat meraih brevet penerbang. Memang saat itu para pemuda Indonesia mendapat kesempatan dididik dan dilatih menjadi penerbang militer. Antara lain terdapat nama, Sambudjo Urip, Adisucipto, Hussein Sastranegara, Iswahyudi, Poernomo termasuk Abdurahman Saleh sendiri. Ketika AURI terbentuk beliau segera menerjunkan diri sebagai penerbang. Jabatan yang diemban Abdulrachman pada masa-masa terakhir hidupnya sebagai instruktur Sekolah Penerbang di Lanud Maguwo Yogyakarta. Pada tahun 1946 ia menjabat Komandan Lanud Bugis di Malang [1]. Ia pun merangkap Komandan Lanud Maospati di Madiun [2].
Hari naas datang ketika pada tanggal 29 Juli 1947 bersama sejumlah awak pesawat "Pak Karbol" meninggal dalam kecelakaan pesawat sipil yang membawa obat-obatan dari Singapura. Pesawat C47 Dakota ini bernomer kode VT-CLA, ditembak oleh pesawat P-40 Kittyhawk milik Belanda, dan jatuh di Desa Ngoto yang masuk wilayah Kabupaten Bantul, jaraknya hanya sekitar tiga kilometer dari pusat Kota Yogyakarta. Beliau gugur bersama tokoh pahlawan nasional lainnya, yaitu Marsekal Muda Anumerta Agustinus Adisutjipto dan beberapa awak lainnya. Di antaranya, juru radio Opsir Muda Udara I Adisumarmo Wirjokusumo, Bhida Ram yang berkebangsaan India sebagai juru teknik, pilot berkebangsaan Australia Wing Commander Alexander Noel Constantine, Ny Constantine, bekas Squadron Leader Roy Haselhurst, dan Zaenal Abidin Arifin. Satu-satunya penumpang yang selamat adalah Abdul Gani Handonotjokro.
Mayor udara Saleh Basarah pada tahun 1963, sebagai Perwira Udara Wing Dik 001 dan Skadron D merangkap sebagai anggota pelaksana proyek Akademi Angkatan Udara setempat, menerapkan panggilan Karbol kepada para taruna. Tanpa surat keputusan apapun tapi cukup diumumkan oleh Senat Taruna dalam kesempatan upacara Appel Embun di halaman Belimbing. Ternyata panggilan karbol diterima dengan spontan antusias oleh para Taruna, setelah dijelaskan apa dan siapanya pahlawan angkasa yang bernama Dr Abdurahman Saleh itu.
Kelebihan-kelebihan lain Pak Karbol adalah karakter yang kuat dengan integritas pribadi yang luhur, cerdas, ulet dalam berkarya, tampa pamrih dan terutama ciri khas serba-bisa-nya itu. Dan akhirnya panggilan bagi setiap taruna AAU itu dikukuhkan, berdasarkan SK KASAU Nomor Skep 179/VII/2000, tanggal 18 Juli 2000 Kini mereka resmi dipanggil “Karbol”.
[1] Saat ini nama Lanud Bugis telah berganti dengan Lanud Abdulrachman Saleh.
[2] yang sekarang berubah nama menjadi Lanud Iswahyudi